SEJARAH SINGKAT NENEK MOYANG AKI BARON - CISURU
Diceritakan dalam sejarah pada tahun 1522 masehi di Jawa Barat terdapat Kerajaan Pajajaran (Negara pertanian yang termaju), kerajaan itu memeluk Agama Hindu, juga kerajaan Sriwijaya di Sumatera.
Kemudian Kerajaan Demak memeluk agama baru (Islam). Kerajaan Pajajaran diserang oleh Tentara Perjuangan Islam dari Demak yang dipimpin oleh Faletehan (Fatahilah). Jakarta dikatakan oleh Kerajaan Pajajaran = Sunda Kelapa setelah direbut Tentara Fatahilah disebut Jayakarta pada tahun 1527 masehi. Faletehan disebut sekarang ialah Sunan Gunung Jati (Cirebon). Pusat pemerintah Agama Islam di Banten terdapat di Banten Girang, tapi Banten mempertahankan diri sehingga tahun 1568 masehi menang, siasat wali gagal.
Faletehan menyerahkan kepada anaknya bernama Hasanudin, supaya terus berjuang, menenamkan Agama Islam di Pajajaran pada tahun 1568 masehi. Revolusi Muhammad bergelora terus dari Hasanudin diserahkan kepada putranya lagi yang bernama Yusup. Pajajaran diserang terus sampai pada tahun 1579 masehi sehingga sisa pemeluk Agama Hindu mengungsi ke pegunungan. Akhirnya Banten bisa mencapai kejayaan berkat agama tersebut selama 60 tahun. Karena akibat VOC sehingga Kerajaan Islam di Banten jatuh ke tangan VOC pada tahun 1683 masehi.
Begitulah sehingga Nenek Baron serombongan yang semula juga memeluk Agama Hindu tidak tenang dan merasa dikejar - kejar pertama oleh Tentara Demak dan kedua pada tahun 1683 masehi dikejar oleh Tentara VOC, akhirnya mengungsi sampai di Palugon dan terus ke Cisuru / Curuggeulis, disitulah nenek itu bermukim. Diantaranya orang - orang itu ialah :
- Suradipa (duda) membawa satu anak yaitu bernama Wangsakrama. Wangsakrama beranak putri yang bernama Karsem dan Karsem berputra Suparma.
- Dipasura meninggal dunia.
- Banar bersaudara 7 orang nomor 1,2,3 (tidak dikenal)
- Nomor 4 bernama Ki Karwat yang menurunkan anak 1. Ki Sutajiwa dan 2. Ki Bangsawirya,
- Nomor 5 tidak dikenal siapa dan menurunkan anak 1. Ki Wangsarana, 2. Ki Candrawitana dan 3. Ki Wiralaksana,
- Nomor 6. Ki Banar (Mbah Mistar)
- Nomor 7 tidak dikenal, tapi jelas anaknya ialah : 1. Ki Mertadipa dan 2. Ki Pamin.
Ny Baron (janda) diikuti 2 orang anak : 1. Damen dan 2. Jamen dan (Ki Baron sudah meninggal di Palugon Wanareja).
Sejarah singkat keturunan ini kami susun secara garis besar yang diambil identitasnya dari Buku Sejarah Nasional Jilid II/A Susunan Balai Pendidikan Guru - Bandung - Jalan Dr. Cipto 9. Sengaja kami memberanikan diri menyusun keturunan ini, dikarenakan terpaksa oleh adanya tuntutan generasi muda yang ingin mengetahui dirinya darimanakah asal nenek moyangku sebenarnya dan siapakah nenek moyangku ???
Maka dengan demikian keturunan ini kami susun secara sederhana, mudah - mudahan dapat dipahami dan dimengerti selanjutnya dapat dijadikan suatu pedoman bagi anak cucu, demi kepentingan hidup damai dan mengisi alam kemerdekaan negara kita yang berdasarkan Pancasila dan UUD 45, juga demi menyuburkan kerukunan alam demokrasi yang menuju ke alam pembangunan manusia seutuhnya.
Sudah barang tentu kami minta maaf bahwa susunan keturunan ini sangat kurang detail dan banyak sekali kekeliruan - kekeliruan yang terdapatt dianggap kurang memuaskan dengan sendirinya kami akan selalu menerima kritik, tegur, sapa dan peringatan - peringatan dan perhatian demi sempurnanya susunan ini dan sekali lagi kami memintakan bantuan dari semua pihak untuk mendapatkan susunan yang sebaik - baiknya.
Penyusun
Yusro Yusdisukarso (almarhum)
Disadur ulang
Uun Kusmara
Baron Putra Cisuru
Keterangan :
Perintis pertama yang bercengkerama di desa kita (Cisuru, Kecamatan Sidareja, Kabupaten Cilacap) dikatakan oleh generasi muda (anak cucunya) ialah Ki Baron, sehingga nama Baron dapat digunakan sebagaimana persatuan apa saja dalam lingkungan keluarga itu seperti :
- Kelompok Pendengar Binaan Tani disebut Kelompok Baron.
- Seni budaya warga BARON.
Kepanjangan BARON atau BARUN ialah BA = BAHARIWAN arti : selalu suka mengingat sejarah, RU = RO arti merawat, membina atau membangun, N = NUGRAHA arti : warisan, kemurahan atau keadilan. Jadi BARON atau BARUN ialah "BAHARIWAN RUMEKSA NUGRAHA" arti yang jelas
- Orang yang selalu menghargai, menjunjung tinggi dan membina terus hasil dari perjuangan nenek moyang.
- Orang yang selalu mengingat sejarah sebagai guru besar dalam perjuangannya.
- Jangan / tidak meninggalkan sejarah dan membina keturunan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar